Belajar dari Finlandia Rahasia Keberhasilan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia

Finlandia dikenal memiliki sistem pendidikan yang unggul dan menjadi acuan bagi banyak negara. Salah satu kunci keberhasilannya adalah karena pendidikan di Finlandia tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga pada pengembangan anak secara menyeluruh. Pemerintah Finlandia telah berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan selama beberapa dekade, sehingga pendidikan telah menjadi fondasi penting bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor penting yang menyebabkan kesuksesan sistem pendidikan Finlandia adalah kepercayaan yang diberikan kepada guru-gurunya. Mereka diberikan kebebasan untuk mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini memungkinkan guru-guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar, sehingga siswa dapat belajar dengan lebih efektif.

Selain itu, sistem pendidikan di sana juga menekankan pentingnya pengembangan keterampilan hidup, seperti keterampilan sosial, emosional, dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjadi lebih siap menghadapi tantangan hidup di masa depan. Di Finlandia, pendidikan bukan hanya tentang menghafal materi, tetapi tentang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan hidup. Guru-guru di Finlandia berperan sebagai mentor dan fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensi mereka. Metode pembelajaran di Finlandia juga unik, seperti Phenomenon-based learning yang berfokus pada pengalaman dan penemuan siswa. Dengan demikian, siswa di Finlandia siap menghadapi tantangan hidup di masa depan dan menjadi warga negara yang aktif dan produktif.

Selain itu, apa yang membuat guru-guru di Finlandia begitu efektif dalam mengajar?

Guru-guru di Finlandia memiliki otonomi yang tinggi dalam mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran. Mereka juga memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan kemampuan dan pengetahuan mereka melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan. Dengan demikian, guru-guru di Finlandia dapat menjadi mentor dan fasilitator yang efektif dalam membantu siswa mengembangkan potensi mereka.

Bagaimana sistem pendidikan Finlandia dapat memastikan kualitas pendidikan yang sama bagi semua siswa?

Sistem pendidikan Finlandia tidak memiliki tes atau ujian yang diwajibkan, kecuali satu ujian pada akhir tahun terakhir siswa di sekolah menengah atas. Selain itu, tidak ada juga pemeringkatan. Hal ini memungkinkan siswa berkembang secara maksimal tanpa perbandingan atau persaingan antar siswa, sekolah atau daerah. Sehingga, anak-anak Finlandia memiliki kesempatan yang baik untuk mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang sama, tidak peduli apakah mereka tinggal di pedesaan atau di kota.

Lalu bagaimana sistem pendidikan Finlandia dapat menjamin kesetaraan dan inklusi bagi semua siswa?

Sistem pendidikan Finlandia memiliki komitmen yang kuat untuk menjamin kesetaraan dan inklusi bagi semua siswa, tanpa memandang latar belakang sosial dan ekonomi. Hal ini dicapai melalui berbagai cara, seperti menyediakan pendidikan gratis bagi semua siswa, menyediakan dukungan tambahan bagi siswa yang memerlukan, dan mempromosikan budaya inklusi dan toleransi di sekolah-sekolah.

Dengan demikian, sistem pendidikan Finlandia telah membuktikan dirinya sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Dengan fokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, keterampilan hidup, dan kesetaraan, Finlandia telah menciptakan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan. Semoga pengalaman Finlandia dapat menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk mengembangkan sistem pendidikan yang berkualitas dan efektif.

 

Artikel ini ditulis oleh:
Zahra Ike Fidyayani
Mahasiswa Program Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) Universitas Negeri Surabaya
dari Jurusan S1 Pendidikan Luar Sekolah

References

Absawati, H. (2020). Telaah Sistem Pendidikan Finlandia : Penerapan Sistem Pendidikan Terbaik Dunia Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Elementary : Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar, 3(2), 64–70. Http://Journal.Ummat.Ac.Id/Index.Php/Elementary/Article/View/2136

Anggoro, S. (2017). Keberhasilan Pendidikan Finlandia.

Read More

Mengenal Lebih Dekat Tentang Homeschooling

Homeschooling adalah sistem pendidikan non formal yang dimana anak-anak belajar di rumah atau di luar lingkungan sekolah formal dengan bimbingan orang tua, tutor, atau komunikasi pendidikan alternatif. Dalam hal ini memberikan kebebasan dalam menentukan jadwal, metode pembelajaran yang paling sesuai dengan kebutuhan sang anak, kurikulum yang disesuaikan serta fleksibel dalam belajar. Secara umum, homeschooling berfokus pada pembelajaran yang lebih personal, fleksibel, dan dapat disesuaikan dengan minat serta potensi sang anak, yang dimana berbeda dengan sistem sekolah formal yang memiliki standar dan jadwal yang sudah ditetapkan.

Di Indonesia sendiri, homeschooling merupakan sistem pendidikan yang telah diakui secara legal di banyak negara termasuk di Indonesia dengan berbagai bentuk dan pendekatan. Hal ini juga tertuang pada peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 129 Tahun 2014. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga, baik itu di rumah atau pun di tempat lainnya dengan suasana yang kondusif.  

Homeschooling dapat diikuti oleh siapa saja, asalkan memenuhi beberapa syarat dan kondisi yang mendukung metode pendidikan ini. Berikut adalah kelompok individu yang sering memilih homeschooling sebagai alternatif pendidikan:Anak dengan kebutuhan khusus : anak dengan hambatana khusus akan kesulitan ketika mengikuti proses belajar mengajar di sekolah formal, memiliki

Anak dengan kebutuhan khusus
Homeschooling sering menjadi pilihan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus karena memungkinkan metode pembelajaran yang lebih personal dan fleksibel. Beberapa contoh kebutuhan khusus yang dapat didukung oleh homeschooling:

  1. Anak dengan disabilitas fisik atau sensorik (tunanetra, tunarungu).
  2. Anak dengan gangguan perkembangan (autisme, ADHD, atau kesulitan belajar seperti disleksia, disgrafia, maupun diskalkuliah).
  3. Anak dengan masalah kesehatan kronis yang membuatnya sulit bersekolah di sekolah formal

Anak yang memiliki Bakat atau Minat Khusus
Anak-anak yang memiliki minat dan bakat dalam bidang tertentu sering memilih homeschooling agar mereka bisa lebih fokus mengembangkan kemampuannya. Contohnya:

  1. Atlet yang harus menjalani jadwal latihan intensif.
  2. Seniman atau musisi yang membutuhkan fleksibilitas waktu untuk berkarya dan berlatih.
  3. Anak berbakat dalam bidang tertentu yang ingin mendalami bidangnya lebih cepat dibanding kurikulum sekolah formal.

    Anak dengan gaya belajar yang berbeda
    Tidak semua anak cocok dengan sistem pembelajaran formal. Beberapa anak merasa lebih nyaman belajar dengan metode yang lebih fleksibel, seperti:

    1. Anak yang lebih suka belajar melalui pengalaman langsung (misalnya, eksperimen, proyek, atau eksplorasi di alam).
    2. Anak yang lebih cepat atau lebih lambat dalam memahami pelajaran dibanding teman-teman sebayanya di sekolah formal.

       

      Anak dari keluarga yang memiliki kesibukan atau dengan mobilitas yang tinggi
      Beberapa keluarga memiliki pekerjaan atau gaya hidup yang mengharuskan mereka sering berpindah tempat, sehingga homeschooling menjadi solusi terbaik untuk pendidikan anak. Contohnya:

      1. Keluarga ekspatriat yang sering berpindah ke negara lain.
      2. Keluarga pekerja di bidang diplomatik atau militer yang sering berpindah tugas.
      3. Keluarga yang menjalankan bisnis berbasis perjalanan, seperti travel blogger atau pekerja lepas internasional

       

      Anak yang mengalami masalah sosial di sekolah
      Beberapa anak memilih homeschooling karena mengalami kesulitan di lingkungan sekolah formal, seperti:

      1. Bullying atau perundungan yang membuat anak tidak nyaman bersekolah.
      2. Tekanan akademik yang berlebihan dan menyebabkan stres atau gangguan mental.
      3. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang kurang sesuai dengan kepribadian atau nilai-nilai keluarga.

      Homeschooling dan sekolah formal memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Homeschooling cocok untuk anak yang membutuhkan fleksibilitas dalam belajar dan memiliki kebutuhan khusus, sementara sekolah formal lebih cocok bagi anak yang nyaman dengan sistem pembelajaran terstruktur dan ingin lebih banyak bersosialisasi. Pilihan antara homeschooling dan sekolah formal tergantung pada kondisi keluarga, gaya belajar anak, serta tujuan pendidikan jangka panjang yang ingin dicapai.

       

      Arikel ini disusun oleh:
      Alifiana Wahyuning Putri
      Mahasiswa Program Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) Universitas Negeri Surabaya
      dari Jurusan S1 Pendidikan Luar Biasa

      Daftar Pustaka :
      Faizal, F. S. D., & Rahma, H. (2024). Pengaruh homeschooling terhadap proses belajar mengajar. Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran| E-ISSN: 3026-66292(2), 597-605.

      Read More

      Mengenal Perbedaan Pendidikan Formal, Informal, dan Nonformal: Membuka Cakrawala Pembelajaran Sepanjang Hayat

      Pendidikan merupakan sebuah perjalanan tanpa akhir dalam hidup, hadir dalam beragam bentuk dan jalur. Seringkali kita terpaku pada satu jenis pendidikan, yakni pendidikan formal yang terstruktur dan berjenjang. Namun, perlu diketahui bahwa pembelajaran sesungguhnya melampaui batas ruang kelas dan kurikulum terstandar. Tanpa kita sadari, proses belajar terus berlangsung melalui interaksi sehari-hari dan berbagai kegiatan di luar sistem sekolah. Inilah esensi dari pendidikan informal dan nonformal, dua pilar yang melengkapi pendidikan formal dalam membentuk individu yang utuh dan berpengetahuan luas. Ketiga jenis pendidikan ini tentunya memiliki perbedaan karakteristik. Artikel ini bertujuan untuk mengupas tuntas perbedaan mendasar antara ketiganya, membuka cakrawala kita terhadap berbagai jalur pembelajaran yang tersedia, dan menggarisbawahi pentingnya setiap jenis pendidikan dalam pengembangan diri.

      Pendidikan Formal : Tersruktur dan Berjenjang


      (Source : detik.com/bali/berita)

      Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang terstruktur, terorganisir, dan memiliki kurikulum yang jelas. Pendidikan formal mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan dan terstandar, yang mencakup mata pelajaran atau bidang studi yang harus dipelajari. Biasanya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan resmi seperti sekolah dan perguruan tinggi. Tujuan utama pendidikan formal adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang terstruktur serta mempersiapkan peserta didik untuk jenjang pendidikan berikutnya atau memasuki dunia kerja. Proses pembelajaran dalam pendidikan formal umumnya melibatkan pengajar professional, evaluasi yang terstruktur, dan diakhiri dengan pemberian sertifikat atau ijazah yang diakui secara resmi. Ciri khas pendidikan formal adalah adanya jenjang pendidikan yang sistematis, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

      Pendidikan Informal : Pembelajaran melalui kehidupan sehari-hari


      (Source : Liputan6.com)

      Berbeda dengan pendidikan formal, pendidikan informal merupakan proses pembelajaran yang terjadi di luar struktur formal. Pendidikan ini berlangsung secara alami dalam kehidupan sehari-hari, melalui interaksi dengan keluarga, teman, lingkungan, dan pengalaman hidup. Pembelajaran informal bersifat spontan, tidak terencana, dan tidak memiliki kurikulum yang baku. Contohnya adalah belajar berbicara dari orang tua, mempelajari keterampilan sosial melalui interaksi dengan teman sebaya, atau memperoleh pengetahuan melalui pengalaman bekerja. Pendidikan informal memainkan peran krusial dalam pembentukan karakter, nilai-nilai, dan keterampilan praktis yang seringkali tidak didapatkan dalam pendidikan formal.

      Pendidikan Nonformal : Fleksibilitas dan Fokus pada Keterampilan


      (Source : homeschoolingbintang.sch.id)

      Pendidikan Nonformal berada di antara pendidikan formal dan informal. Pendidikan ini terorganisir, namun lebih fleksibel dan tidak selalu mengikuti struktur jenjang pendidikan formal. Pendidikan nonformal seringkali berfokus pada pengembangan keterampilan praktis, pengetahuan spesifik, atau minat tertentu. Contohnya adalah homeschooling, kursus bahasa, pelatihan keterampilan computer, sanggar seni, atau program-program pelatihan kerja. Pendidikan nonformal memiliki peran penting dalam memberikan kesempatan belajar  bagi mereka yang tidak dapat mengakses pendidikan formal atau membutuhkan keterampilan tambahan untuk meningkatkan kualitas hidup atau karir. Pendidikan formal ini juga disebut sebagai pendidikan sepanjang hayat yang dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Artinya pendidikan nonformal tidak memandang usia, tempat, dan waktu. Pendidikan nonformal dapat berlangsung diberbagai tempat bisa secara luring maupun daring dengan waktu yang lebih fleksibel, memungkinkan peserta untuk belajar sesuai dengan ketersediaan.

      Meskipun berbeda dalam struktur dan metode, ketiga jenis pendidikan ini saling melengkapi dan berkontribusi pada proses pembelajaran sepanjang hayat. Pendidikan formal memberikan fondasi pengetahuan yang kuat, pendidikan informal membentuk karakter dan keterampilan sosial, sementara pendidikan nonformal memberikan keterampilan praktis dan pengetahuan spesifik yang relevan dengan kebutuhan individu.

      Artikel ini disusun oleh:
      Trya Adinda Hastanti
      Mahasiswa Program Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) Universitas Negeri Surabaya
      dari Jurusan S1 Pendidikan Luar Sekolah

      Reference :

      Syaadah, R., Ary, M. H., Silitonga, N., & Rangkuty, S. F. (2022). Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat , 125-131.

      https://www.kompas.com/edu/read/2022/09/02/144900171/apa-itu-pendidikan-formal-non-formal-dan-informal-ini-bedanya?page=all, di akses pada 20 Maret 2025

      Read More

      Isra’ Mi’raj 1446 H/2025 M: Menggapai Langit Ketujuh di Era Digital

      Perjalanan Spiritual yang Tak Lekang oleh Waktu

      Peringatan Isra’ Mi’raj tahun 1446 H/2025 M kembali hadir sebagai momen refleksi dan pengingat akan peristiwa agung dalam sejarah Islam. Perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu naik ke Sidratul Muntaha, adalah kisah yang tak pernah lekang oleh waktu dan terus menginspirasi umat Islam di seluruh dunia.

      Peringatan Isra’ Mi’raj adalah momentum bagi umat Islam untuk merenung, intropeksi diri, dan memperkuat iman. Dalam era digital seperti sekarang, nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa agung ini tetap relevan dan dapat menjadi panduan hidup bagi kita semua. Mari kita jadikan Isra’ Mi’raj sebagai motivasi untuk terus berbuat kebaikan dan meraih ridha Allah SWT.

      Bagi umat Islam, peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat berharga, karena pada saat inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. 

      Makna Isra’ Mi’raj di Era Modern

      Di tengah derasnya arus informasi dan teknologi yang menandai era modern, makna Isra’ Mi’raj semakin relevan. Perjalanan Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita tentang pentingnya:

      • Koneksi dengan Sang Pencipta: Di tengah hiruk pikuk kehidupan, Isra’ Mi’raj mengingatkan kita untuk selalu menjaga hubungan spiritual dengan Allah SWT.
      • Perkembangan Spiritual: Perjalanan Nabi SAW menuju Sidratul Muntaha menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi untuk terus berkembang dan mencapai kesempurnaan.
      • Disiplin Diri: Perintah shalat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi landasan bagi umat Islam untuk disiplin dalam beribadah.
      • Toleransi dan Persaudaraan: Perjalanan Nabi SAW ke Masjidil Aqsa mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi dan persaudaraan antar umat beragama.

      Menerapkan Nilai-nilai Isra’ Mi’raj dalam Kehidupan Sehari-hari

      Untuk menjadikan peringatan Isra’ Mi’raj lebih bermakna, kita dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti:

      • Meningkatkan kualitas ibadah: Shalat dengan khusyuk, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.
      • Memperbanyak amal kebaikan: Bersedekah, membantu sesama, dan menjaga silaturahmi.
      • Menuntut ilmu: Terus belajar dan mengembangkan diri.
      • Berakhlak mulia: Menjaga lisan, bersikap jujur, dan amanah.

      Pesan Isra’ Mi’raj untuk Generasi Muda

      Generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam. Isra’ Mi’raj menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menjadi generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan kebaikan dan dakwah Islam.

      Peringatan Isra’ Mi’raj adalah momentum bagi umat Islam untuk merenung, intropeksi diri, dan memperkuat iman. Dalam era digital seperti sekarang, nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa agung ini tetap relevan dan dapat menjadi panduan hidup bagi kita semua. Mari kita jadikan Isra’ Mi’raj sebagai motivasi untuk terus berbuat kebaikan dan meraih ridha Allah SWT.

      Read More